Senja itu aku bersama keluargaku akhirnya pindah
rumah. Lokasinya lebih dekat dari sekolah baruku. Sesampai di rumah baru,
akupun berkeliling seisi rumah untuk memilih kamar yang pas untukku. Setelah
menemukannya akupun membereskan barang-barangku. Tak terasa malam mulai larut,
akupun beranjak tidur.
Keesokan
harinya aku duduk di balkon rumah untuk menyaksikan sekian rutinitas yang
dilakukan para tetangga
baruku pagi itu.
Aku melihat seorang anak laki-laki, sepertinya sedikit agak tua
dariku. Kesan pertama
itu, matanya sangat indah.
Bulat hitam
dengan bulu matanya yang lentik.
Tetangga baruku yang rumahnya tepat berada di depan rumahku. Namanya kak Rian
kutahu dari adikku yang sudah mulai akrab dengan adiknya waktu pindah kemarin.
Kak Rian ternyata adalah
salah seorang kakak kelasku, sekarang sudah kelas 6 SD.
Saat sedang duduk di ruang keluarga bersama ayah, ibu,
dan kedua adikku. Aku mendengar ayah dan ibuku sedang berbincang-bincang, aku
sempat mendengar kalau kak Rian bersama keluarganya sebentar lagi akan pindah. Ahh, sayang sekali aku baru
saja pindah ke tempat ini dan aku
belum sempat mengenalnya.
Setelah beberapa hari beradaptasi dengan lingkungan
baruku. Aku mulai akrab dengan kak Rian. Karena aku yang masih duduk di bangku kelas
4, aku meminjam buku-buku kak Rian agar bisa sedikit lebih akrab lagi
dengannya. Awalnya aku ingin menanyakan apa betul mereka akan pindah rumah.
Tapi keberanianku belum cukup untuk menyebut kalimat itu.
3
hari setelah mengetahui kabar bahwa kak Rian beserta keluarganya akan pindah, ia pun akhirnya pindah rumah pada saat aku sedang
tidak di rumah. Otomatis aku tidak dapat melihatnya untuk tearkhir
kali sebagai tetanggaku dan salam perpisahanpun juga tidak ada. Aku masih ingat pertemuan terakhirku
dengannya pada tanggal 13 Desember 2007. Di hari terakhir itu aku sempat
bermain dengannya, sempat tertawa bersama. Aku masih
ingin dia disini. Candanya masih terniang ditelingaku dan wajahnya masih
membayang dipikiranku.
Kepergiannya
itu menimbulkan sejuta tanya dibenakku hingga sekarang. Apakah dia telah
melupakan kenangan itu ? Kenangan singkat bersamaku ? Masih ingatkah dia
bukunya yang dulu kupinjam sewaktu masih kelas 4 SD ? Aku merindukan sosoknya yang
telah lama menghilang. Aku berusaha mencari kabar tentang kak Rian ini, tetapi
aku tidak pernah mendapat kabar yang cukup akurat.
Sekarang
aku sudah duduk di bangku SMA kelas X. Tingkatan paling akhir pada jenjang sekolah. Aku menjalani hari-hariku
dengan ceria bersama teman-teman baruku. Sekarang aku sedang dekat dengan salah
seorang kakak kelasku. Dia sangat baik dan ramah padaku. Namanya kak Rehan. Wajahnya
mengingatkanku dengan sosok kak Rian beberapa tahun lalu. Dari segi mata
bulatnya. Dari segi senyum manis itu. Ya Tuhan... Aku merindukannya.
Seperti
hari-hari biasanya aku duduk-duduk di depan kelas bersama teman-temanku. Kadang
kak Rehan datang dan memanggilku. Dia sering mengajakku mengobrol. Karena
keseringan kelihatan bersama-sama. Semua siswa sekolah mengira kami berdua
pacaran. Ya Tuhan kami berdua hanya teman biasa. Aku hanya menganggapnya
seperti kakak kelas biasa, tidak lebih dari itu !!!
Suatu
hari, aku sedang duduk di balkon rumah. Aku menatap ke jalan poros di depan setapak rumahku. Aku mengamati
kendaraan-kendaraan bermotor yang sedang lalu-lalang. Tiba-tiba aku menemukan
sosok kak rehan diantara pengendara-pengendara. Yah, sosok itu. Aku masih ingat
sosok itu. Mata
itu, bulat hitam bercahaya dengan bulu mata yang lentik.
Hanya
beberapa detik saja, kemudian dia menghilang diantara pengendara
motor yang sedang lalu-lalang. Kucoba mencubit pipiku untuk lebih memastikan
ini mimpi atau nyata. Tapi, ternyata sakit. Ya Tuhan ini benar-benar nyata. Aku sangat senang, SUPERRRRRR
SENANGGGG. Ternyata dia masih berada di kota ini setelah sekian tahun aku
kehilangan bayangnya.
Esoknya
aku ke sekolah, dengan mood yang full. Menjalani hari ini dengan penuh senyuman. Pada jam istirahat aku bertemu
dengan kak Rehan di kantin sekolah. “Hey, nanti pulang sekolah tunggu aku di
kelasmu !” katanya “Ah? Memangnya kenapa kak? Ada apa?” tanyaku dengan sedikit
penasaran”. “Tunggu aja ! Aku mau ngasih undangan !”. Sebelum aku
sempat bertanya
lagi, dia sudah pergi
kembali ke kelasnya.
Ini
sudah waktunya jam pulang. Tetapi pak guru tidak mau menyudahi pelajaran
geografi pertemuan kali ini, padahal menurutku ini sangat membosankan. Aku
tidak suka pelajaran-pelajaran tentang batuan-batuan itu, lapisan-lapisan bumi.
Sangat membosankan. Setelah
mendengar suara-suara motor para siswa yang sudah pulang, barulah pak guru
sadar bahwa jam pelajaran geografi telah habis dan akhirnya kami bisa pulang.
Pada
saat keluar dari kelas, ternyata kak rehan sudah menungguku di depan kelas.
Ditanganya ada sesuatu berupa amplop atau apalah namanya. Tampaknya kelihatan rapi dan sedikit
agak tebal, mungkin itu
undangan yang dimaksud di kantin tadi. Dan ternyata memang betul. Itu undangan
ulang tahunnya kak rehan yang ke-17.
Sebelum pulang dia sempat berkata “Wajib datang !” aku hanya membalasnya dengan
senyum.
Acaranya
nanti sore jam 4 di rumah kak Rehan. Uh, waktu cari kadonya mepet. Aku bingung
mau memberinya kado seperti apa. Saat perjalanan pulang aku
mulai berpikir-pikir kado apa yang pas untuknya. Aku baru ingat, dia itu suka
basket. Aku akhirnya
memilih membeli sebuah
kado berupa lampu yang berbentuk bola basket.
Sesampai
di rumah aku langsung membuka lemari dan memilah-milah baju yang akan kugunakan
nantinya. Dan akhirnya kutemukan baju yang pas,
baju berwarna pink muda dengan pita cantik berwarna magenta.
Aku
datang tepat pada waktunya. Inilah kali pertama aku ke rumah kak Rehan. Hampir
saja tersesat. Untungnya undangan itu disertai dengan peta sehingga aku mudah
menemukan rumahnya.
Sesampai di rumahnya, kulihat semuanya sedang sibuk.
Acara pemotongan kue akan segera dimulai. Segera kucari kak Rehan diantara para
tamu. Untung cepat aku menemukannya lalu kuberikan kadonya. “Terima kasih”
katanya “sama-sama kak !” balasku dengan senyum singkat.
Akhirnya acara pemotongan kue dimulai. Semuanya
mendekat. Tiba-tiba kulihat sosok kak Rian diantara para tamu. Iya, dia ! Aku
tidak mungkin melupakan mata bulatnya yang hitam dengan bulu mata yang lentik.
Segera kucubit pipiku untuk memastikan apa itu benar dia atau bukan. Tapi
memang itu benar dia. Dia yang kulihat lewat di jalan poros depan lorong
rumahku. Iyah dia tetangga baruku dulu. Menggunakan kameja kotak-kotak berwarna
biru dan putih dengan celana hitam ditemani sepatu cats putih, keren. Aku tidak
tau apa yang kurasakan sekarang.
Tanda Tanya besarpun timbul di benakku. Apa yang
sedang ia lakukan di sini ? Apa dia kenal dengan kak Rehan ? Dia siapanya kak Rehan
?
Tiba-tiba terdengar suara kak rehan “Selanjutnya
potongan kedua untuk kakakku tersayang” suapan kue pun masuk ke dalam mulut kak
Rian. Ha? Kak Rian kakaknya Kak Rehan ? Kenapa aku sampai tidak tau-menau soal
hal ini ?. Sewaktu kak Rian menjadi tetangga baruku dulu, aku tak pernah
melihatnya.
Kucoba tanyakan pada kak Rehan. Ternyata sewaktu SD
dulu dia tinggal bersekolah bersama kakeknya dan berpisah dengan keluarganya
hingga lulus SD. Lalu kak Rehan meninggalkanku untuk melayani tamu yang lain
Kurasa ada seseorang yang menarik tanganku, ternyata
kak Rian. Dia menarikku ke pojok rumah, sedikit jauh dari keramaian di ruang
tengah. “Hai ? Kamu masih ingat sama aku ?” tanyanya “Iyalah kak ! Mana mungkin
aku lupa sama kakak !” Jawabku dengan nada super duper senangnya.
“Sekarang kamu kelas berapa ?” tanyanya
lagi “Aku baru naik SMA kak. Kakak sendiri” “Aku baru kelas 3”. Kamipun
berbincang-bincang.
“Hey, sebenarnya aku tidak bisa melupakanmu sejak
pindah beberapa tahun yang lalu”. Langsung saja, aku tak tau apa yang kurasakan
sekarang. Aku seperti terbang ke angkasa. Apa yang kakak rasakan sama speperti
yang kurasakan. “Jujur saja, kamu itu cinta pertamaku , Aku mau….” Tiba-tiba
kak Rehan datang dan “Terima kasih kamu sudah mau datang ke acaraku dan
memberiku kado. Sebenarnya tanpa kado itu, kehadiranmu sudah menjadi kado
untukku. Tapi aku ingin meminta sesuatu darimu. Maukah kamu menjadi pacarku ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar